Selasa, 18 Desember 2012

Love? [Part 2]


***




“Hyung, kalau aku merasakan hal itu pada Sung Young-ssi, apa berarti aku mencintainya?” tanyaku.

Sepertinya aku salah bicara sampai Seung Hyun-hyung terbatuk-batuk. “Kau? Perempuan setengah lelaki itu?!”

“Ah, seharusnya aku tidak bertanya padamu tadi,” jawabku sambil menggeleng dan menutup wajahku yang mulai memerah.

“Tapi kau sangat sopan padanya!”

“Ah, aku terlalu gugup kalau memanggilnya secara tidak formal.”

Tiba-tiba Seung Hyun-hyung merangkul pundakku. “Tenang saja, Daesung-a. Aku pasti akan menyimpan rahasiamu. Kuberi tahu, cinta itu datangnya tak terduga! Bersyukurlah, kau masih normal karena dia itu wanita!”

Aku tersenyum. “Gomawoyo hyung.”

“Ha~! Tadi itu menyenangkan sekali!” kata Sung Young-ssi yang tiba-tiba datang sambil membawa air minum. “Apalagi kalau kita melakukannya setiap akhir pekan!”

“Kami memang melakukannya 2 minggu sekali. Kalau kau mau, kau bisa ikut dengan kami!” kata Ji Yong-hyung sambil mengambil tasnya.

“Omo~~ Tentu saja aku mau! Gomawoyo, oppa!”

“Ne~ Daesung-hyung, kenapa kau tidak ikut main? Biasanya kan kau yang paling bersemangat!” kata Seungri.

“Ah, aku.. Aku hanya..”

“Yang benar? Aa~ Aku ingin melihatmu bermain, oppa! Ayo!” kata Sung Young-ssi sambil menarik tanganku.

“Tapi, aku..”

“Ayolah, aku mohon..” kata Sung Young-ssi memohon. Ah, dia tahu saja aku tidak kuat melihat wajah memelasnya.

“Haah.. Baiklah! Kau mau main apa?” jawabku sekenanya.

“Bagaimana kalau game menembak? Aku cukup jago lho!”

“Hah, kau pasti kalah melawanku!”

Tidak hanya menembak, kami juga mencoba game balapan, basket, dance, dan masih banyak lagi. Sung Young cukup susah dikalahkan untuk ukuran seorang perempuan. Aku sangat bahagia melihat ekspresinya yang selalu ceria seakan tanpa beban. Aku tidak ingin hari ini cepat berlalu.

1 tahun kemudian.

Sudah setahun sejak Sung Young bergabung dengan kelompok kami. Sudah setahun pula aku menyukai dan semakin akrab dengannya, dan yang membuatku bangga, aku sudah tidak canggung lagi padanya. Hanya saja jika dibandingkan dengan teman dekatku yang lain, mereka lebih dengan dengan Sung Young. Sebenarnya aku tidak tahan melihatnya terlalu dekat dengan mereka, tapi aku tidak punya hak untuk melarangnya. Dan hari ini, aku akan mengatakan perasaanku padanya.

Hari ini kami janjian makan bersama di kantin. Seperti biasa, Sung Young yang paling “berbeda” di antara kami dikerjai oleh Young Bae-hyung.

“Ah, Sung Young-a, se-sepulang sekolah nanti a-ada yang ingin aku b-bicarakan denganmu,” kataku pelan.

“Oppa, kembalikan sayuranku!” teriak Sung Young berusaha mengambil jatah sayurannya yang diambil oleh Young Bae-hyung.

“Coba saja kalau kau bisa!” teriak Young Bae-hyung sambil berlari dan membawa jatah sayuran milik Sung Young.

“Sung Young-a..” kataku lirih.

Sung Young berusaha mengambil sayurannya dari Young Bae-hyung, namun Young Bae-hyung masih lebih gesit. “Oppa, cepat kembalikan! Akan kuhajar kau!”

“Sung Young-a..”

“Seungri-a! Jangan ambil daging bagianku! Oppa, aku belum selesai denganmu!” teriak Sung Young terus mengejar Young Bae-hyung.

Seperti yang kuduga, Sung Young terlalu dekat dan sibuk dengan teman baikku sampai dia tidak mendengarkanku. Aku sudah tidak tahan lagi. Dadaku sesak dan aku ingin berteriak sekuat yang aku bisa.

“SARANGHAE, SUNG YOUNG-A!!” sifat-sering-keceplosanku kumat. Bagaimana ini?! Wajahku memanas, aku bisa merasakannya memerah.

Sung Young berhenti mengejar Young Bae-hyung. “D-d-daesung-oppa..” katanya.

Aku bisa melihat semua orang yang ada di situ memandangku dengan takjub. Aku langsung menutup mulut dan berlari, yang penting aku pergi dari tempat itu.

“D-daesung-oppa!” aku bisa mendengar teriakan Sung Young dan derap kakinya yang berlari.

“Baiklah kalau kau tidak mau sayuranmu kembali!”

Setelah cukup lama berlari, aku memutuskan untuk berhenti dan duduk di suatu bangku di taman tengah.

“Bodoh! Kenapa bisa keceplosan lagi sih?! Aku benar-benar bodoh!” teriakku mengutuk diri sambil memberantaki rambut.

“Daesung-oppa..” aku mendengar seseorang memanggilku. Suara yang sangat kukenal. Begitu aku berbalik, aish, Sung Young-a! Aku tidak bisa melihat wajahnya! Kejadian tadi benar-benar memalukan!

Sung Young kemudian duduk di sebelahku. Aku hanya bisa menunduk dan membiarkannya. Kali ini aku benar-benar tidak bisa melihat wajahnya!

“Oppa,” katanya membuka pembicaraan. “Yang kau bilang di kantin tadi, apa itu benar?”

Aku tetap menunduk dan terdiam lumayan lama, kemudian mengangguk kecil. Aku tidak yakin anggukanku tadi dapat dilihat oleh Sung Young – bahkan menurutku itu tidak bisa disebut sebagai anggukan saking pelannya aku mengangguk (?)

“Oppa, jawab aku!” katanya lagi sambil menggoyang tubuhku.

Aku memberanikan diri melihat wajah Sung Young. “Aku, aku ingin kau jalan denganku, Sung Young-a,” jawabku dengan jantung berdebar-debar serasa mau copot. Dan ekspresi Sung Young terlihat sangat terkejut.

“Aku, aku tidak tahan melihatmu terlalu dekat dengan teman-temanku. Aku ingin aku yang paling dekat denganmu. Tapi aku tidak tahu bagaimana caranya, dan meskipun aku tahu, aku terlalu pemalu untuk melakukannya,” kataku. Sung Young tertawa.

“Kenapa kau tertawa? Kau menolakku?”

Sung Young terdiam sebentar. “Aku, aku belum pernah menerima pernyataan cinta sebelumnya. Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku, aku malu sekali,” katanya sambil menutup wajah dengan kedua tangannya.

“Sung Young-a..”

“Aku, aku sangat tidak pantas untukmu, oppa. aku tidak seperti perempuan. A-apa yang kausukai dariku?” tanyanya.

Aku menunduk. “Aku selalu melihatmu sebagai perempuan, Sung Young-a. Aku tidak tahu apa yang kusuka darimu atau bagaimana aku menyukaimu. Yang aku tahu, aku menyukaimu yang seperti ini,” jawabku tulus.

Sung Young menutup wajahnya lagi. Aku bisa melihat telinganya yang memerah – tepatnya menjadi sangat merah. “Ah, kau selalu bisa membuatku malu.”

Aku tidak menjawab. Aku menunggu sampai Sung Young bicara lagi.

“Aku tidak tahu apa ini yang disebut suka, tapi setiap kali aku dekat denganmu, aku selalu berdebar dan tidak tahu harus berbuat apa.”

“Salah tingkah, maksudmu?” tanyaku menebak-nebak.

“Ah ya, itu. Ah, pembicaraan kita sedikit canggung,” kata Sung Young sambil tersenyum.

“Aku, aku sangat ingin terus dekat denganmu, Daesung-oppa. Sifatmu yang pemalu itu membuatku ingin lebih mengenalmu. Kau tahu, aku selalu ingin membuatmu tertawa. Aku juga ingin kau memperhatikanku. Tapi aku juga tidak tahu bagaimana caranya,” kata Sung Young. Aku tetap diam dan menunduk, ah, wajahku memerah lagi.

“Hei, Daesung-oppa, jangan diam saja! Bicaralah! Kau tidak tahu kalau aku menerimamu!” katanya.

Aku terkejut. Aku bisa merasakan kepala, bukan, seluruh badanku seakan terbang. Yah, itu seakan kau diberi sayap tak terlihat yang membuat tubuhmu semakin lama semakin ringan, memungkinkanmu terbang ke mana saja dan wuiiing.. Kau mulai melayang, semakin lama semakin tinggi, kau mengerti apa yang kumaksud? Tanpa sadar aku langsung memeluknya.

“D-daesung-oppa..”

“Gomawo,” kataku. Sung Young tersenyum dan membalas pelukanku.

“Mwoo~~ Lihat! Pasangan baru kita! Cuit cuit~!!” teriak seseorang. Aku langsung melepas pelukanku dan menoleh. Ji Yong-hyung dan kawan-kawan!

“Aigoo~ Kalian sangat romantis! Selamat, selamat!” kata Seungri, menarik tanganku dan menggoyangkannya dengan keras.

Tiba-tiba Sung Young berdiri dan itu membuatku dan semua yang ada di situ terkejut. “Makananku! Aku harus menghabiskannya!” katanya sambil berlari menuju ke kantin. Namun belum sampai 1 meter dia berbalik menuju ke arahku dan membisikkan sesuatu ke telingaku.

“Kutunggu di gerbang sepulang sekolah nanti,” bisiknya kemudian kembali berlari. Blush…

“Uwoo~~ Lihat wajah Daesung-a! Sung Young-a, apa yang kau lakukan?! Daesung-a, berhentilah tersenyum seperti itu!” kata Seung Hyun-hyung.

“Haduh, setelah dia bersama Dae, aku tidak bisa mengerjainya lagi,” kata Young Bae-hyung memasang muka kecewa.

“Hyung, jangan buat aku merasa tidak enak padamu!” jawabku diikuti tawa dari yang lain.

-Fin-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar