Jumat, 23 November 2012

Best Place To Meet You













***









Changmin duduk menatap pantai dengan mata menerawang. Kemudian ia memejamkan matanya. Angin dingin musim gugur yang menerpanya, aroma laut yang khas, suara debur ombak, dan sayup-sayup kicauan burung. Semuanya terasa indah dulu, tapi tidak sekarang. Changmin tidak lagi bisa merasakan indahnya musim gugur di pantai ini tanpa adanya dia.



Changmin membuka sebuah buku diary berwarna coklat kemerahan. Warna daun gugur. Warna yang sangat disukainya dan yeoja itu. Sudah hampir setahun ini ia membaca buku diary itu, tapi ia tidak pernah bosan dengannya.



Ia memandang foto-foto yang tertempel di setiap halaman dan membaca tulisan kecil di bawahnya.



Foto pertama adalah foto dirinya yang sedang berdiri di dermaga. Ia membaca tulisan di bawah foto itu.



13 September 2010



Aku melihatmu lagi…







@@@



Menyakitkan mendengarnya. Ternyata ia adalah anak appa-nya dari wanita lain.



Seharusnya ia senang mendengarnya, karena ternyata ia adalah benar-benar bagian dari keluarga Kim. Selama ini yang ia tahu adalah namanya Shim Changmin. Anak dari kerabat jauh keluarga Kim. Ibunya meninggal saat umurnya enam tahun. Kemudian ia diangkat anak oleh suami istri Kim, diperbolehkan memanggil mereka ‘appa’ dan ‘eomma’, menganggap anak-anak mereka sebagai saudara kandungnya, tetapi tidak pernah namanya berubah. Namanya tetap Shim Changmin. Dan ia baru mengerti hari ini kenapa namanya tidak diubah menjadi Kim.



Ia mengerti saat acara pemakaman halmeoni selesai. Ternyata halmeoni selama ini tidak pernah menerimanya sebagai bagian dari keluarga Kim, itulah alasan namanya tidak berubah. Dan setelah halmeoni tidak ada, eomma meminta appa mengubah namanya. Itulah yang membuat hatinya merasa sakit.



Eomma, menerima anak selingkuhan suaminya, menganggapnya sebagai anak sendiri, dan mencintainya sepenuh hatinya. Changmin merasakan pipinya basah oleh airmata saat tidak sengaja mendengar permintaan seorang ibu yang begitu mencintainya itu.



Malam itu ia memutuskan untuk meninggalkan rumah.



@@@



Changmin sangat menyukai musim gugur. Karena banyak kenangan indah bersama keluarganya di musim gugur. Ya, bersama keluarga Kim. Tapi musim gugur saat ini ia akan melaluinya sendiri. Disini, di Busan, tempat yang ia pikirkan pertama kali saat ia berpikir akan meninggalkan rumah. Kota pinggir pantai yang sering dikunjunginya dan keluarga Kim jika mereka berlibur.



Angin sore musim gugur yang dingin menerpa kulitnya yang hanya berbalutkan jaket kulit tipis. Bodohnya ia, saat kabur yang diingatnya hanya dompetnya dan ranselnya yang ternyata kosong tidak ada apa-apanya. Sekarang Changmin menyalahkan kebodohannya dan berjalan menuju dermaga yang cukup tinggi. Ia memegang pagar dan menatap ombak yang berada di bawah dermaga tempatnya berada.



“Hmm… apa aku bisa mencoba kemampuanku berenang di tempat ini ya?”gumam Changmin lalu duduk di pagar dermaga itu. Ia tertawa kecil. “Ini sih kelihatannya aku mau bunuh diri.”



“Chankamanyo!”teriak seseorang ketika Changmin akan turun dari pagar dermaga. Seorang yeoja menghampirinya dengan berlari. Ia menangkap tangan Changmin dan berkata dengan heboh. “Jangan bunuh di…”



Terlambat. Saat tangan yeoja itu menangkap tangan Changmin, namja itu kehilangan keseimbangan dan ia terjatuh. Dengan membawa yeoja itu bersamanya ke dalam air laut.



@@@



“Ya! Michyeoso! Kau mau membunuhku ya?!”seru Changmin pada yeoja yang basah kuyup di sebelahnya.



“Jwesunghamnida. Kukira kau mau…”



“Bunuh diri?! Ya! Aku tidak setolol itu! Lagipula kalau mau bunuh diri, aku akan cari cara lain! Tidak dengan menyeburkan diri ke laut. Aku ini bisa berenang tahu! Tidak sepertimu!”urat leher Changmin keluar saking marahnya ia dengan yeoja itu. Ia kesal sekali. Tadi saat mereka berdua tercebur ke laut. Ia harus berjuang berenang di dalam air laut yang dingin dengan membawa yeoja itu juga. Karena yeoja itu tidak bisa berenang. (-_-‘)



“Jwesunghamnida…jwesunghamnida…sudah membuatmu tercebur. Gamsahamnida sudah… menolong… HACHIIHH!!”



Changmin menatap kesal yeoja yang terus menerus bersin itu. Ia bangkit dan mengambil ranselnya. Ia memutuskan untuk mencari toko pakaian dan penginapan, tapi ia tidak tahu dimana.



“Hei.”panggilnya pada yeoja itu. “Kau tau dimana toko pakaian dan penginapan terdekat?”



***







Kau menyelamatkanku lagi. Tapi bukan karena aku tersesat. Tapi karena aku hampir saja mati tenggelam karena ketololanku.







@@@



“Jebal Changmin-ssi.. aku ikut ya…”pinta So Hee dengan sedikit rengekan. Changmin menatap yeoja yang sedang menarik-narik bajunya ini dengan sebal, kemudian menghela napas.



“Apa Hye Sun ahjumma mengizinkanmu?”



So Hee mengangguk. “Arasseo… naik ke boncenganku.”kata Changmin. Dengan riang So Hee duduk di boncengan sepeda Changmin. Changmin mengayuh sepedanya, sekarang ia harus mengerjakan pekerjaannya setiap pagi, mengantarkan susu.



Sudah seminggu Changmin tinggal di rumah keluarga Yoo, rumah paman dan bibi yeoja yang membuatnya tercebur ke laut, Han So Hee. Changmin tidak bisa menolak saat So Hee dengan wajah sangat menyesal memohon-mohon padanya untuk mau ikut tinggal di rumah paman dan bibinya. Lagipula saat itu Changmin tidak punya kemampuan untuk menolak. Ia kan memang butuh pakaian dan tempat tinggal. Jadi sekarang ia tinggal di rumah keluarga Yoo dan membantu mereka mengantarkan barang-barang kebutuhan pokok yang dijual di toko swalayan kecil milik mereka.



Dengan riang So Hee membantu Changmin mengantarkan susu ke rumah-rumah pemesan. Karena setelah mengantarkan susu, Changmin pasti akan mengantarkannya kemanapun yang ia inginkan untuk memuaskan hobinya memotret. Mereka berhenti di pantai. Changmin meletakkan sepedanya di bawah pohon, lalu merebahkan tubuhnya di pasir pantai, sementara So Hee sibuk memotret dengan kamera kesayangannya.



Changmin memejamkan matanya dan wajah seluruh keluarganya terbayang. Eomma, appa, Jaejoong hyung, Junsu hyung, kelima noonanya, dan kedua yeodongsaengnya. Baru seminggu pergi, ia sudah merindukan mereka semua. Merindukan rumahnya yang selalu ramai dan hangat.



JEPRET.



Changmin langsung membuka matanya, dan melotot melihat kamera So Hee yang berada di atas mukanya. So Hee langsung kabur. “Ya! Han So Hee! Hapus fotoku!”seru Changmin mengejar-ngejar So Hee yang sambil berlari sibuk memencet-mencet kameranya.



Changmin berhasil menangkap So Hee lalu mengambil kameranya. Ia mencari fotonya di dalam kamera itu dan tidak menemukannya. “Kau pikir aku mau menyimpan wajah namja galak sepertimu?”cibirnya, lalu memeletkan lidah.



Dengan sebal Changmin menarik rambut panjang So Hee yang diikat ekor kuda. “Ah, appo!”kemudian So Hee memfoto Changmin lagi, dan mereka kembali berkejar-kejaran. Changmin tertawa-tawa saat So Hee terjatuh dan wajahnya terkena pasir pantai. Tapi pada akhirnya ia membantu yeoja itu dan mengajaknya pulang. Wajahnya masih tersenyum melihat ekspresi So Hee.



Han So Hee. Hanya yeoja ini yang dapat dengan segera membuatnya lupa akan kesedihannya.



***



Changmin membaca tulisan di bawah fotonya yang tidur di pantai, yang saat itu ternyata tidak di delete oleh So Hee.



20 September 2010







Wajahmu yang sedang tertidur, kau terlihat sedih…







@@@



“Kenapa kau suka memotret daun gugur?”tanya Changmin saat melihat So Hee yang sedang asik memotret daun-daun yang berguguran.



“Karena aku suka musim gugur,”jawab So Hee tanpa menghentikan kegiatannya. “Bukankah daun-daun itu terlihat lebih cantik saat musim gugur? Kau juga menyukai musim gugur kan?”



“Tahu darimana?”Changmin terkejut.



So Hee menghentikan kegiatannya, lalu memandang Changmin dan tersenyum. “Aku bisa melihatnya.”



Changmin menatapnya penasaran, tapi So Hee tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia kembali memotret.



Karena kau terlihat sangat bahagia saat musim gugur, Changmin.



***



25 September 2010







Dan aku juga sangat bahagia ketika musim gugur, karena aku hanya bisa melihatmu saat musim gugur…







@@@



Sore ini seperti biasanya Changmin dan So Hee berboncengan sepeda. Changmin mengayuh sepedanya perlahan melewati jalanan dibawah pepohonan di musim gugur.Mereka merasa seperti melewati lorong panjang yang di dominasi berwarna cokelat.Tidak ada tujuan, mereka memang hanya ingin melihat pohon-pohon yang berwarna coklat dan daun-daun berguguran yang berwarna merah kecoklatan. Indah sekali…



Changmin menghentikan sepedanya, dan So Hee turun. Mereka memutuskan untuk berjalan kaki menikmati pemandangan itu.



Tempat ini sangat tenang, dan mereka sangat menikmatinya. Sesekali So Hee melirik Changmin yang berjalan pelan dengan menuntun sepedanya. Wajahnya terlihat damai saat menikmati pemandangan indah daun-daun berguguran. Ia berhenti berjalan dan saat Changmin terus berjalan di depannya, diam-diam ia memotret namja itu. Hanya memotret punggungnya.







1 Oktober 2010







Punggungmu yang terlihat sangat damai di bawah daun-daun yang berguguran.







@@@







Changmin kebingungan mencari So Hee yang tiba-tiba menghilang. Ini gara-gara dia tertidur di pantai tadi, dan sekarang So Hee tidak ada. Ia khawatir sekali. Masalahnya adalah So Hee suka lupa segalanya ketika memotret, ia bisa mencapai tempat yang jauh sendirian hanya gara-gara keasyikan memotret, dan So Hee paling tidak bisa menghapal jalan. Apa So Hee tersesat?



Padahal So Hee tidak menghilang. Ia hanya bersembunyi di balik pepohonan agar Changmin mengkhawatirkannya. Ia tersenyum ketika melihat Changmin kebingungan mencarinya. Kemudian ia mengendap-endap di belakang Changmin, berjinjit sedikit dan menutup mata namja itu dengan kedua tangannya. “Tebak siapa…?”



Changmin menghela napas lega. “So Hee? Tadi kemana?”tanyanya lalu melepaskan tangan So Hee yang menutupi matanya. Ia memandang So Hee yang sekarang tersenyum lebar.



“Apa kau mengkhawatirkanku?”



“Tentu saja.”



“Benarkah?”So Hee senang mendengarnya.



“Kalau kau menghilang aku bisa dimarahi Hye Sun ahjumma dan Jae Suk ahjussi.”



So Hee cemberut. Jadi kau mengkhawatirkanku karena itu?



Changmin menepuk-nepuk kepala So Hee lembut. “Kita pulang. Kajja!”ajak Changmin kemudian menggenggam tangan So Hee, membuat yeoja itu terkejut.



So Hee mengerjap-ngerjapkan matanya tidak percaya. Kemudian dengan tangan kanannya yang masih bebas, ia memegang kamera yang tergantung di lehernya dan memotret Changmin serta tangan mereka yang berpegangan tangan.



Changmin yang sekarang sudah terbiasa mendengar suara jepretan foto So Hee setiap hari, sekarang sudah tidak protes lagi walaupun So Hee juga memotretnya. Ia sudah merasa nyaman dengan hal itu.



So Hee tersenyum bahagia.



***



Changmin menatap lembut foto tangan mereka berdua yang tergenggam.







7 Oktober 2010







Pertama kalinya kau menggenggam tanganku…







@@@







Hari ini So Hee tidak seperti biasanya. Wajahnya terlihat pucat sekali. Changmin juga paman dan bibi So Hee sangat cemas dengan keadaannya dan melarangnya untuk berjalan-jalan keluar seperti biasanya. Tapi So Hee merengek-rengek dan meminum obat yang diberikan Hye Sun ahjumma dengan bersemangat.



“Nah! Aku sudah minum obat. Pasti nanti aku segar kembali.”kata So Hee dengan riang dan menatap paman dan bibinya memohon. Akhirnya ia diizinkan untuk berjalan-jalan dengan Changmin.



“Kau sakit apa So Hee?”tanya Changmin saat membonceng So Hee. Mereka kembali melewati jalan biasa yang penuh dengan pohon berwarna coklat dan daun-daun yang berguguran.



“Anemia. Kadang-kadang suka kambuh, tapi setelah minum obat aku pasti segar kembali.”



“Benarkah?”tanya Changmin benar-benar cemas. Terdengar jelas di suaranya, walaupun So Hee hanya bisa melihat punggungnya saat ini.



“Hmm… Changmin-ah… bolehkah aku memeluk pinggangmu?”tanya So Hee yang saat ini memegang kaos Changmin.



“Bukankah seharusnya kau memeluknya dari dulu? Kau kan sering kubonceng…”kata Changmin dengan nada suara gugup.



So Hee tersenyum kemudian memeluk erat pinggang Changmin. Ia menempelkan wajahnya di punggung Changmin dan memejamkan matanya. Ia bisa merasakan kehangatan Changmin dan jantungnya berdebar dengan keras.



***



13 Oktober 2010







Pertama kalinya aku memeluk pinggangmu. Rasanya hangat sekali. Jantungku berdebar dengan keras, sampai aku takut kau bisa mendengarnya.







“Saat itu aku juga berdebar-debar, So Hee-ah…”gumam Changmin.







Maafkan aku karena saat itu aku berbohong tentang penyakitku. Tapi aku tidak ingin kau tahu. Memikirkan tentang penyakit ini saja aku takut. Aku takut jika penyakit ini akan membuatku melupakanmu. Aku tidak ingin melupakanmu.







@@@



Changmin menatap langit malam dengan sedih. Sudahsebulan ia meninggalkan rumah. Ada rasa khawatir di hatinya.



Apa mereka tidak mencariku? Apa mereka melupakanku?



Ia merapatkan jaket yang dipakainya. Kemudian berbaring di pasir pantai dan memejamkan matanya. Ia mendengar suara jepretan kamera. Lagi-lagi So Hee. Tapi ia tetap memejamkan matanya.



“Apa kau tidur, Changmin-ah?” Changmin tidak menjawab. Ia memutuskan untuk berpura-pura tidur.



So Hee menatap wajah Changmin dalam-dalam, kemudian tersenyum. “Kau tampan sekali…”



Changmin sebenarnya ingin tersenyum mendengar kata-kata So Hee, tapi mati-matian ia menahannya. Ia tidak ingin ketahuan jika sedang berpura-pura.



Tiba-tiba Changmin merasakan sesuatu yang lembut menyentuh bibirnya. So Hee menciumnya. Changmin tidak lagi berpura-pura. Ia meletakkan tangannya di leher So Hee dan menciumnya lebih dalam.



***



Changmin memandang fotonya yang sedang berbaring di pantai pada malam hari.







16 Oktober 2010







Aku menciummu dan kau membalasnya. Jantungku berdebar sangat keras, aku bahkan bisa mendengar suara debaran jantungmu juga. Aku bahagia sekali.







Changmin-ah, jika nanti otakku tidak lagi bisa mengingatmu, apa jantungku masih bisa berdebar seperti ini saat melihatmu? Apa jantungku masih bisa mengingatmu?







@@@



“So Hee… kau harus segera pulang chagiya…”kata Hye Sun ahjumma.



“Shireo. Biarkan aku bersama Changmin lebih lama, ahjumma… Aku ingin membuat banyak kenangan bersamanya. Saat ini hanya itu yang aku inginkan…”



***



So Hee terus memotret Changmin yang sekarang sedang sibuk membereskan barang-barang di toko pamannya. Changmin berbalik dan menatapnya.



“So Hee-ah, apa aku terlalu tampan sehingga kau memotretku terus?”tanyanya sedikit jengkel.



So Hee tersenyum lebar. “Ne. kau sangat tampan!”



Changmin menyipitkan mata dengan kesal lalu menghampiri So Hee. Ia mengambil kamera yeoja itu, memeluk bahu So Hee dan memotret mereka berdua.



So Hee mengerjap-ngerjapkan matanya. Terkejut dengan blitz kamera tadi.



“Sekali-sekali kau harus memotret kita berdua.”ucap Changmin lalu mencium pipi So Hee sekilas. Ia menatap So Hee dan tertawa kecil melihat wajah So Hee yang sudah memerah.



So Hee memegang pipinya yang terasa panas sekarang. Ia menatap Changmin yang kembali sibuk dengan pekerjaannya dan tersenyum.



Kemudian So Heemerasakan sakit di kepalanya kambuh lagi. Airmatanya menetes.



***



Changmin tertawa kecil melihat foto pertama mereka berdua. Ia tersenyum, sementara So Hee memejamkan mata karena kaget dengan blitz kameranya.







20 Oktober 2010







Aku terlalu ingin memotretmu terus, sampai-sampai tidak pernah berpikir untuk berfoto berdua denganmu.



Apa kau tahu? Sejak tiga tahun yang lalu kau menolongku ketika tersesat, sejak itu pula aku ingin terus memotretmu. Tapi kau dan keluargamu hanya kesini saat musim gugur. Ah, aku tidak tahu. Apa itu karena aku yang hanya bisa menjenguk paman dan bibi saat musim gugur, sehingga aku hanya bisa melihatmu pada musim ini?



Yang pasti kau membuatku selalu merindukan musim gugur.







Sakit di kepalaku kambuh lagi Changmin-ah… Aku takut…



Apa tahun depan aku masih bisa melihatmu di antara daun-daun cokelat yang indah itu, Changmin-ah?







@@@



Changmin duduk di tempat kasir swalayan Jae suk ahjussi, dan melamun lagi. Sekarang kerinduannya akan keluarganya sudah mencapai batasnya. Sudah berhari-hari ini ia uring-uringan, bahkan So Hee tidak bisa membuatnya tertawa seperti biasanya. Changmin merindukan mereka, terutama eomma-nya.



Ia menyetel radio dan mendengar suara hyung-nya, Kim Jaejoong yang merupakan penyanyi terkenal, melantun dengan merdu. Airmatanya menetes. Hyung, jeongmal bogoshippo…



Suara pintu toko yang terbuka membuatnya mengelap airmatanya dengan cepat.



“Selamat dat…”



Changmin tidak jadi meneruskan kalimatnya. Ia terkejut melihat sosok yang baru saja masuk dan berdiri di hadapannya. Kedua hyung-nya. Jaejoong dan Junsu.



“Changmin-ah…”panggil Jaejoong dan Junsu pelan.



“Hyung…” Dengan cepat ia menghampiri kedua hyungnya dan memeluk mereka berdua.



Mereka bertiga berpelukan dengan erat. Dan bukan hanya Changmin yang menangis, tapi Jaejoong dan Junsu juga.



So Hee melihat pemandangan itu dengan perasaan bahagia juga mata yang basah. Ia memotret momen bahagia itu.



***



24 Oktober 2010







Sudah berhari-hari kau uring-uringan. Aku tahu kau sangat merindukan keluargamu. Jadi diam-diam aku mengambil ID cardmu dan menghubungi keluargamu.







25 Oktober 2010







Kedua hyung-mu datang. Dan kau menangis, memeluk mereka dengan erat.







Foto Changmin, Jaejoong dan Junsu yang berpelukan juga menangis.



Foto saat mereka bertiga melepaskan pelukan dan tertawa melihat wajah masing-masing yang basah karena air mata.







Dan…







Foto close up Changmin yang terlihat bahagia walaupun wajahnya basah karena airmata.







Kau terlihat bahagia, Changmin-ah… Aku juga bahagia melihatmu bahagia.







@@@



“Pergilah. Keluargamu menunggumu.”



“Lalu bagaimana denganmu? Aku tidak mungkin meninggalkanmu…”kata Changmin sedih.



“Kau masih bisa menelponku dan datang kesini. Aku tidak akan kemana-mana…”ucap So Hee dengan menahan perasaan dan airmatanya.



“Benarkah kau tidak akan kemana-mana?”



So Hee mengangguk. Changmin memeluk So Hee erat lalu mencium puncak kepala So Hee lama. Airmata So Hee menetes. Setelah itu Changmin pulang bersama kedua hyung-nya.







@@@



Sesampainya di rumah, Changmin sering sekali menelpon So Hee. Tapi setelah hari ke sepuluh, ia tidak bisa lagi berbicara dengan So Hee. Paman dan bibinya menceritakan apa yang terjadi pada So Hee.



So Hee pulang ke tempat orang tuanya, dan memutuskan untuk operasi keluar negeri. Demi Changmin.



***



7 November 2010







Aku memutuskan untuk ikut operasi di luar negeri. Aku tahu resikonya jika dioperasi. Dokter hanya mengatakan kemungkinan hidupku hanya 20% jika tumor ganas di kepalaku di operasi. Tapi jika operasi berhasil, aku akan kehilangan sebagian ingatanku.



Awalnya aku takut di operasi. Aku takut cepat mati, aku takut tidak bisa melihat orang-orang yang kucintai lagi. Aku takut tidak bisa melihat Changmin lagi.



Tapi aku lebih takut jika operasiku berhasil, aku tidak bisa mengingat Changmin lagi.







Changmin-ah, jika nanti aku melupakanmu, kuharap hatiku tidak. Kuharap jantungku masih tetap berdebar dengan kencang saat melihatmu.



Saranghaeyo, Jeongmal Saranghaeyo…







Airmata Changmin menetes saat membaca kalimat terakhir di halaman itu. Ia membalik kertas itu ke halaman selanjutnya.







Kumohon, jangan lupakan aku…







“Tidak. Aku tidak akan pernah melupakanmu. Saranghaeyo So Hee-ah… Jeongmal saranghaeyo…”







@@@



So Hee memotret daun-daun yang berguguran dengan senang. Setelah hampir setahun tinggal di luar negeri untuk tiga kali operasi dan menjalani terapi akhirnya pada musim gugur ia bisa kembali lagi ke Korea. Bisa kembali lagi ke Busan, ke tempat paman dan bibinya.



Ia sampai di pantai kemudian melihat sekeliling melalui lensa kameranya ketika matanya terpaku oleh sosok punggung seseorang. Ia menurunkan kameranya dan menatap sosok itu secara langsung.



Dan jantungnya berdebar dengan kencang saat melihat namja itu berbalik.







24 Oktober 2011







Aku tidak mengingatnya. Tapi senyumnya yang hangat, matanya yang menatapku penuh kerinduan, kata-kata cinta yang terucap dari bibirnya, membuat jantungku berdebar-debar.



Tiba-tiba, terucap kata-kata yang aku sendiri tidak memikirkannya sebelumnya.



“Saranghaeyo, Changmin-ah…”







END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar